Ubah Rp 1.000 Jadi Rp 1, BI Masih Tunggu Restu SBY,. ,. SECEPATNYA..!!!

Bank Indonesia (BI) mengaku masih menunggu amanat Presiden SBY untuk melakukan penyederhanaan atau redenominasi rupiah dengan menghilangkan tiga nol dalam nilai mata uang rupiah.

Hal ini disampaikan oleh Gubernur BI Darmin Nasution di kantornya, Jakarta, Selasa malam (13/12/2011).

"Kita sudah persentasi ke presiden dan wapres yang mengkoordinir redenominasi. RUU dan naskah akademik sudah selesai tinggal tunggu amanat presidenn," kata Darmin.

Mantan Dirjen Pajak ini menyatakan BI bekerjasama dengan pemerintah dalam menggodok rencana redenominasi dengan koordinasi Wakil Presiden Boediono. Dalam kajian akhir, memang BI akan menghilangkan tiga nol dalam nilai mata uang rupiah atau mengubah Rp 1.000 menjadi Rp 1.

Dalam melakukan kajian redenominasi, Darmin mengatakan pihaknya sudah belajar dari beberapa negara yang melakukan redenominasi. Dari mulai negara yang gagal melakukannya sampai yang berhasil seperti Turki.

"Kita bukan pertama, sudah banyak negara dari yang berhasil sampai yang gagal. Jadi kita tahu yang harus dilakukan. Staf kita sudah dikirim ke negara-negara yang melakukan redenominasi dan mempelajarinya secara detil. Jadi tidak hanya membaca dari buku," kata Darmin.

Menurut Darmin, masyarakat tak perlu khawatir terhadap rencana ini. Karena semua langkah aturan telah dipersiapkan dengan baik dalam RUU yang siap dikirim ke DPR apabila telah direstui presiden.

"Masyarakat kita positif kok. Yang aneh-aneh sekarang adalah perusahaan real estate yang menjual rumah dengan mengatakan beli rumah sekarang sebelum redenominasi," ucap Darmin sambil tertawa.

Proses redenominasi saat ini koordinator pelaksananya berada di tangan Wakil Presiden RI. Darmin optimistis, sebelum masa jabatannya berakhir di 2013, proses penyederhanaan mata uang rupiah ini akan berjalan lancar.

Redenominasi merupakan proses penyederhanaan nilai mata uang rupiah. Dalam kajian sebelumnya, redenominasi akan menghilangkan 3 nol dalam nominal rupiah sekarang, namun tidak akan mengurangi nilainya. Misalnya adalah uang Rp 1.000.000 nantinya menjadi Rp 1.000 namun nilainya tidak berkurang.

BI beberapa kali menegaskan, redenominasi bukanlah sanering karena nilai rupiah tidak akan berkurang setelah redenominasi. BI memperkirakan proses redenominasi akan membutuhkan waktu sekitar 10 tahun. Tahapan pertama yang dilakukan bank sentral yakni sosialisasi yang semula dilaksanakan di tahun ini.
Read more →

Cikampek-Palimanan, Proyek Tol Malaysia Pertama di Indonesia ,. ,. Manstaappp

Purwakarta - Proyek tol Cikampek-Palimanan sepanjang 116 Km menjadi proyek tol pertama yang akhirnya terealisasi oleh investor asal Malaysia. Perusahaan pemegang konsesi tol yaitu Lintas Marga Sedaya (LMS) mayoritas sahamnya dipegang oleh Plus Expressways Berhad pemegang konsensi tol terbesar di Malaysia.

"Iya, ini proyek tol pertama yang sudah terealisasi oleh investor Malaysia," kata Kepala BPJT Achmad Gani Ghazali di sela-sela acara groundbreaking, di Cikopo, Purwakarta, Kamis (8/12/2011)

Menteri Kerja Raya Malaysia Datuk Seri Shaziman Bin Abu Mansor mengatakan akan mengedepan profesionalisme dalam pembangunan dan pengoperasian tol yang digarap oleh perusahaan mereka meski ini yang pertama di Indonesia.

Ia juga berharap pembangunan tol ini akan mempererat hubungan kerjasama Indonesia dengan Malaysia. Untuk itu ia meminta dukungan penuh dari pemerintah Indonesia agar proyek ini bisa sukses terealisasi.

"Proyek jalan tol ini yang pertama melibatkan serikat (perusahaan) Malaysia," kata Datuk Seri Shaziman.

Sementara itu Presiden Direktur PT LMS Muhammad Fadzil menambahkan pihaknya optimistis pencairan pendanaan pinjaman dari sindikasi perbankan akan segera terealisasi dengan nilai kurang lebih Rp 8,8 triliun. Saat ini pihak pemimpin sindikasi yaitu Bank Mandiri dan BCA sudah berkomitmen, termasuk ketertarikan bank-bank peserta sindikasi, di Indonesia maupun Malaysia.

"Februari-Maret nanti akan tahu sindikasinya siapa dan berapa," katanya.

Ia menambahkan bank-bank dari Malaysia seperti Maybank Islamic juga berminat. Setidaknya ada 3-4 bank di Malaysia yang sangat tertarik ikut dalam sindikasi. Menurutnya estimasi dana proyek Rp 12,5 triliun tak ada perubahan untuk pembangunan 30 bulan ke depan.

PT Lintas Marga Sedaya (LMS) merupakan perusahaan patungan dengan kepemilikan perusahaan Malaysia, Plus Expressways Berhad (55%), dan PT Baskhara Utama Sedaya (45%).

Plus Expressways Berhad adalah anak perusahaan UEM Group Berhad Malaysia. Sementara itu PT Baskhara Utama Sedaya merupakan konsorsium terdiri dari PT Interra Indo Resources, PT Bukaka Teknik Utama dan PT Baskhara Lokabuana.
Read more →

Bank Dunia: Transisi Pembentukan OJK Berisiko Besar ,.

Pemerintah dan DPR baru saja mengesahkan pembentukan lembaga pengawas perbankan dan lembaga keuangan baru yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Di tengah ancaman krisis gobal, transisi pembentukan OJK memiliki risiko besar.

"Saya katakan RI dihadapkan pada risiko besar dan tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh otoritas keuangannya di mana harus mengamankan masa transisi ke OJK," ungkap Lead Financial Sector Specialist Bank Dunia, PS Srinivas di sela yang mengangkat tema 'Dealing with the Challanges of Macro Financial Linkage in Emerging Market' di Hotel Nikko, Bali, Kamis (1/12/2011).

Dijelaskan Srinivas, keputusan parlemen yang akhirnya memindahkan pengawasan jasa keuangan kepada sebuah lembaga OJK perlu didukung. Memang jika dilihat secara global, beberapa negara mempunyai keragaman sistem pengawasan jasa keuangan.

"Beberapa dari negara ada yang sukses dan ada juga yang gagal. Maka sangat penting ketika RI harus mengambil pelajaran bagaimana membuat struktur keuangan menjadi lebih baik," tutur Srinivas.

Lebih jauh Srinivas melihat pendirian OJK bukan merupakan suatu keputusan yang tepat atau tidak. Pertanyaannya, apakah OJK akan efisien dan berfungsi baik di tengah kondisi ancaman krisis global.

"Namun keputusan tersebut sudah dibuat, OJK akan mempunyai tanggung jawab yang besar di sektor finansial," ungkap Srinivas.

Bank Dunia juga memberikan catatan-catatan yang harus diperhatikan dalam pendirian OJK. Menurut Srinivas, BI harus bisa memantau secara ketat dan memperhatikan sistem keuangan secara khusus ditengah masa transisi OJK.

"BI harus menghadapi tantangan yang sangat penting. Masa transisi harus dijalani dengan baik bersama Kementerian Keuangan. Karena transisi adalah masa yang paling sulit dihadapi," jelasnya.

"Jika anda membuat sebuah perubahan dari kedua institusi menjadi satu akan terdapat perbedaan kultur. Oleh sebab itu tantangan harus diatur dengan baik waktu demi waktu," imbuh Srinivas.
Read more →

Lebih Aman Mana, Obligasi atau Saham,.???

Banyak investor, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman, terjebak dengan pernyataan bahwa berinvestasi di obligasi lebih aman daripada saham. Hal ini tidak sepenuhnya benar. 

Perencana Keuangan Benjamin Graham mengatakan, seharusnya para bertanya dulu, "tergantung kondisi dan harganya juga," sebelum menyatakan mana yang lebih aman.

Sebuah contoh akan memberikan gambaran mengenai konsep ini. Bayangkan anda punya dua pilihan untuk berinvestasi. Pertama, surat utang alias obligasi korporasi dengan bunga 8,5% per tahun. Jika perusahaannya bangkrut, anda berada di baris ketiga yang akan menerima kembali uang anda, setelah para kreditur dan pemegang saham mendapatkan bagian hasil likuidasi aset.

Dalam situasi kebangkrutan seperti ini, biasanya dana para pemegang saham pengendali lebih diutamakan, setelah itu pemegang saham minoritas terakhir baru para kreditur, termasuk pemegang obligasi. Tetapi tiap perusahaan bisa juga menerapkan hal yang berbeda.

Sebaiknya, anda benar-benar menghindari adanya situasi bangkrut seperti ini karena sangat kompleks dan banyak investor baru yang belum sepenuhnya tahu mengenai tata cara kebangkrutan dalam situasi seperti di atas.

Pilihan kedua, adalah saham di sebuah perusahaan yang sama sekali tidak punya utang yang diperdagangkan pada p/e rasio 10, dengan imbal hasil 10%. Manajemennya bagus, penjualan stabil dan tumbuh lebih tinggi dari inflasi. Jika terjadi sesuatu terhadap perusahaan, maka para pemegang saham menjadi yang pertama dilayani karena tidak punya utang apalagi pemegang obligasi.

Dalam situasi seperti ini, anda akan memilih berinvestasi saham di perusahaan tersebut karena lebih aman ketimbang obligasi. Jangan terkejut, masih banyak alasan lagi yang menguatkan teori ini.

Berikut beberapa alasan saham lebih aman daripada obligasi seperti dikutip daribeginnerinvest.com, Kamis (1/12/11):

1. Risiko saham hampir sama dengan obligasi, tapi saham akan berada di antrian lebih depan dibandingkan obligasi jika perusahaannya bangkrut. Pada bukunya keluaran tahun 1934, Graham mengatakan, dalam situasi yang normal (dalam arti tidak berisiko tinggi), memegang saham sama amannya dengan obligasi. Jika terjadi sesuatu di perusahaan, dana pemegang saham akan langsung dikembalikan setelah para karyawan, pemilik lahan, vendor dan lain-lain mendapatkan bagian likuidasi.

2. Biasanya batas minimal bunga obligasi sekitar 8,5% per tahun tetapi itu belum dipotong pajak, sehingga imbal hasil bersihnya sekitar 5,53% sudah dipotong pajak pendapatan. Jadi sekitar 35% dari imbal hasil atau keuntungan yang anda dapat lari ke pajak. Sementara saham, imbal hasil dari dividen biasanya sekitar 5% dan hanya terkena pajak 15% sehingga imbal hasil bersihnya sebanyak 4,25%. Jadi selisih antara saham dan obligasi bukan 3,5% tetapi hanya 1,28%.

3. Jika segalanya berjalan dengan baik, dividen saham punya potensi ditingkatkan supaya investor bisa menikmati porsi keuntungan yang lebih tinggi dari laju inflasi. Biasanya ini dilakukan setelah perusahaan menaikkan harga jual produk dan menikmati lonjakan keuntungan. Hal ini tidak bisa terjadi di obligasi, karena di awal anda sudah dipatok bunga tetap yang tidak bisa berubah. Jika tiba-tiba inflasi naik tinggi seperti krisis tahun 1998, tetap saja bunga yang anda terima sesuai kesepakatan awal.

Jika Tidak Selamanya Lebih Aman Dari Saham, Kenapa Banyak Orang Mengira Sebaliknya? Jawabannya, karena banyak investor baru yang tidak bisa membedakan antara volatilitas dan risiko.

Volatilitas adalah sebuah kata yang menggambarkan pergerakan harga yang sering, cepat dan kadang sangat tinggi atau sangat rendah. Sebuah saham mungkin naik atau turun sebanyak 50% dalam satu tahun yang sama.

Volatilitas dan risiko tak selamanya hal yang sama. Mungkin keduanya masih sulit untuk dibedakan, karena masih banyak orang yang memilih menghindari volatilitas tersebut. Contohnya, orang lebih senang mendapat yield 8,5% tiap tahun, meski sebenarnya hanya 5,53% setelah dipotong pajak, padahal inflasinya sekitar 11%.

Meski tergerus inflasi, banyak orang merasa nyaman dengan investasi obligasi tersebut karena tidak perlu berjibaku dengan segala 'roller coaster' seperti yang sering terjadi di investasi saham.

Kesimpulannya, obligasi jaman sekarang sudah tidak seaman dulu, seperti saham yang sudah sudah tidak terlalu berisiko. Semua kembali lagi ke pernyataan tadi di awal, "tergantung kondisi dan harganya juga." 
Read more →
 
 
Copyright © Belajar Ekonomi Islam
Designs By Sehat Dengan Olahraga